assalamualaikum, wr. wb. hiasi harimu dengan do'a dan senyuman

Mengenai Saya

Foto saya
Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia
selama saya hidup mungkin telah banyak melakukan kebaikan, tapi selama hidup pula saya lebih banyak melakukan kesalahan. mudah-mudahan kedepan akan lebih baik. amin

Jumat, 08 April 2011

keterbacaan buku teks pelajaran

RINCIAN USULAN PENELITIAN

A. Latar Belakang
Dari sudut pandang buku teks pelajaran, bahasa Indonesia merupakan media berinteraksi antara peserta didik dengan bahan ajar. Bahasa Indonesia digunakan untuk menyampaikan konsep keilmuan dan seperangkat kompetensi yang seharusnya dimiliki dan dikembangkan dalam pembelajaran. Bahasa Indonesia digunakan untuk memahami tahapan yang harus dilakukan peserta didik dalam mengembangkan kompetensinya. ahasa Indonesia digunakan sebagai wahana berpikir peserta didik dalam memahami konsep dan aplikasinya.
Bahasa Indonesia dalam bahan ajar dituntut dapat menjelaskan konsep sesuai dengan perkembangan intelektual peserta didik. Bahasa Indonesia yang digunakan harus sesuai dengan kematangan sosial emosional peserta didik dalam mengusung konsep lokal sampai dengan global. Bahasa Indonesia yang digunakan harus menarik dan jelas agar mendorong peserta didik untuk mempelajari bahan ajar sampai dengan tuntas. Bahasa Indonesia yang digunakan dalam bahan ajar seharusnya menggunakan bentuk kata, istilah, kalimat, dan paragraf yang sesuai dengan kaidah bahasa untuk berkomunikasi tertulis.
Dari sudut pandang kebijakan pendidikan, tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa buku teks pelajaran termasuk ke dalam sarana pendidikan yang perlu diatur standar mutunya, sebagaimana juga standar mutu pendidikan lainnya, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidikan dan kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Pasal 43 peraturan ini menyebutkan bahwa kepemilikan buku teks pelajaran harus mencapai rasio 1:1, atau satu buku teks pelajaran diperuntukkan bagi seorang siswa. Buku teks pelajaran yang digunakan di sekolah-sekolah harus memiliki kebenaran isi, penyajian yang sistematis, penggunaan bahasa dan keterbacaan yang baik, dan grafika yang fungsional.
Kelayakan ini ditentukan oleh penilaian yang dilakukan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri.Kebijakan buku teks pelajaran sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas) Nomor 11 Tahun 2005 mengatur tentang fungsi, pemilihan, masa pakai, kepemilikan, pengadaan, dan pengawasan pengunaan buku teks pelajaran. Menurut Peraturan Menteri ini, buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Buku teks pelajaran berfungsi sebagai acuan wajib oleh pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Buku teks pelajaran hendaknya mampu menyajikan bahan ajar dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Di sini dapat dilihat apakah penggunaan bahasanya wajar,menarik, dan sesuai dengan perkembangan siswa atau tidak. Aspek keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana) bagi siswa sesuai dengan jenjang pendidikannya, yakni hal-hal yang berhubungan dengan kemudahan membaca bentuk tulisan atau topografi, lebar spasi dan aspek-aspek grafika lainnya, kemenarikan bahan ajar sesuai dengan minat pembaca, kepadatan gagasan dan informasi yang ada dalam bacaan, dan keindahan gaya tulisan, serta kesesuaian dengan tatabahasa baku.
Penilaian terhadap keterbacaan buku teks pelajaran yang telah dilakukan terhadap buku-buku teks pelajaran hanya berpusat terhadap aspek bacaan, baik hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan wacana, paragraf, kalimat, dan kata yang dipandang dari kaidah bahasa Indonesia dan ketersesuaian bahasa dengan peserta didik. Berdasarkan penilaian itu, bahasa Indonesia yang digunakan dalam buku teks pelajaran diduga dapat berfungsi sebagai media menyampaikan pesan. Namun, informasi tentang interaksi antara pembaca (peserta didik) dengan bacaan (bahasa Indonesia) dalam kegiatan penilaian itu tidak menjadi pertimbangan karena informasi tersebut harus diperoleh ketika buku tersebut digunakan oleh peserta didik dalam peristiwa membaca.
Dalam menentukan keterbacaan suatu teks pelajaran dilakukan kajian pada tiga hal, yaitu keterbacaan teks, latar belakang pembaca, dan interaksi antara teks dengan pembaca. Hal ini sesuai dengan konsep dasar yang diungkapkan Rusyana (1984: 213) bahwa keterbacaan berhubungan dengan peristiwa membaca yang dilakukan seseorang, sehingga akan bertemali dengan aspek (1) pembaca; (2) bacaan; dan (3) latar. Ketiga komponen tersebut akan dapat menerangkan keterbacaan buku teks pelajaran.
Tulisan ini akan lebih dominan mengungkap tentang hasil kajian keterbacaan buku teks pelajaran. Keterbacaan yang dimaksud adalah kemampuan berinteraksi penggunaan Bahasa Indonesia dalam buku teks pelajaran dengan peserta didik sebagai pembaca. Oleh karena itu, mudah-mudahan tulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang penggunaan bahasa Indonesia dalam konteks pembelajaran.

B. Penegasan Istilah
Judul penelitian ini adalah “Keterbacaan Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia Karangan Tim Edukatif Jakarta Terbitan Erlangga Tahun 2007 bagi Siswa Kelas X SMA” Untuk menghindari adanya salah penafsiran dalam memahami judul tersebut maka peneliti perlu menjelaskan istilah dalam judul yang dianggap penting.
1. Keterbacaan Teks
Keterbacaan dalam KBBI (2003:83) adalah perihal dapat dibacanya teks secara cepat, mudah dipahami dan diingat. Keterbacaan berhubungan dengan pembaca maka keterbacaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ukuran tentang sesuai tidaknya suatu bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari tingkat kemudahan atau kesukaran wacananya.
2. Buku Teks
Kebijakan buku teks pelajaran sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas) Nomor 11 Tahun 2005 mengatur tentang fungsi, pemilihan, masa pakai, kepemilikan, pengadaan, dan pengawasan pengunaan buku teks pelajaran. Menurut Peraturan Menteri ini, buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat bahan ajar dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.
Buku teks adalah buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidang itu untuk maksud-maksud dan tujuan instruksional yang di lengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan mudah di pakai oleh pemakainya di sekolah-sekolah dan di Perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran( Tarigan dari Tarigan,1986:10)
3. SMA adalah lembaga pendidikan formal menengah atas setelah sekolah menengah pertama(Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa)
Berdasarkan pengertian-pengertian istilah di atas,maksud judul penelitian ini adalah mengadakan evaluasi berupa tingkat keterbacaan pada Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia Karangan Tim Edukatif Jakarta Terbitan Erlangga Tahun 2007 bagi Siswa Kelas X SMA yang ditentukan oleh kaidah bahasa Indonesia baku,baik yang menyangkut keterpahaman kosakata, pilihan kata, susunan kalimat, susunan paragraf, kemenarikan buku teks pelajaran dan unsurketatabahasaan yang lain. Dari semua unsur tersebut unsur kesulitan kosa kata dan panjang kalimat sangat menentukan tingkat keterbacaan suatu teks.

C. Rumusan Masalah
Keterbacaan (readability) adalah seluruh unsur yang ada dalam teks (termasuk di dalamnya interaksi antarteks) yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembaca dalam memahami materi yang dibacanya pada kecepatan membaca yang optimal (Dale & Chall dalam Gilliland, 1972). Mc Laughin (1980) menambahkan bahwa keterbacaan itu berkaitan dengan pemahaman pembaca karena bacaannya itu memiliki daya tarik tersendiri yang memungkinkan pembacanya terus tenggelam dalam bacaan.Gilliland (1972) kemudian menyimpulkan keterbacaan itu berkaitan dengan tiga hal, yakni kemudahan, kemenarikan, dan keterpahaman.
Dalam hal ini penulis membatasi objek yang di teliti,yaitu bagaimanakah tingkat keterbacaan yang ditentukan oleh kaidah bahasa Indonesia baku,baik yang menyangkut keterpahaman kosakata dan pilihan kata, susunan paragraf, dan susunan kalimat yang terdapat pada Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia Karangan Tim Edukatif Jakarta Terbitan Erlangga Tahun 2007 bagi Siswa Kelas X SMA.

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat keterpahaman kosakata dan pilihan kata pada Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia Karangan Tim Edukatif Jakarta Terbitan Erlangga Tahun 2007 bagi Siswa Kelas X SMA.
2. Mengetahui susunan kalimat pada Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia Karangan Tim Edukatif Jakarta Terbitan Erlangga Tahun 2007 bagi Siswa Kelas X SMA.
3. Mengetahui susunan paragraf pada Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia Karangan Tim Edukatif Jakarta Terbitan Erlangga Tahun 2007 bagi Siswa Kelas X SMA.

E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tingkat keterbacaan pada buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia Karangan Tim Edukatif Jakarta Terbitan Erlangga Tahun 2007 bagi Siswa Kelas X SMA.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperbaiki keefektifan dalam proses pembelajaran baik penyampaian materi oleh guru maupun penyerapan materi oleh siswa terhadap tingkat keterbacaan buku teks,dan bagi penyusun buku diharapkan dapat menyempurnakan buku-buku selanjutnya.

F. Tinjauan Pustaka dan Kajian Teoretis
1. Tinjauan Pustaka
Buku teks disusun berdasarkan atau untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam kurikulum yang berlaku di sekolah. Penelitian terhadap buku teks kaitannya dengan keterbacaan dalam buku teks selalu menarik untuk dibicarakan.
Penelitian tentang keterbacaan buku sudah berlangsung sejak tahun 1920-an, antara lain dilakukan oleh Lively dan Pressey yang menemukan formula keterbacaan berdasarkan struktur kata dan kalimat serta makna kata yang diukur dari frekuensi dan kelaziman pemakaiannya (Klare, 1984). Dale (dalam Tarigan, 1985) meneliti jumlah kosakata yang digunakan oleh anak-anak pembelajar pemula di Amerika Serikat. Sebanyak 1500 kata telah dikuasai mereka, terutama kosakata yang berhubungan dengan kata-kata yang digunakan sehari-hari. Memasuki tahun kedua, para siswa itu telah menguasai kosakata sejumlah 3000 kata. Penambahan kosakata setiap tahun sekitar 1000 kata, sehingga jumlah kosakata rata-rata bagi lulusan SMA sekitar 14000 kata, dan bagi mahasiswa sekitar 18000 sampai 29000 kata (Harris & Sipay dalam Zuchdi, 1995).
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan makalah dengan judul “Gagasan tentang Studi Keterbacaan Tingkat Sekolah Menengah”dalam rapat kerja Studi Keterbacaan untuk Tingkat Sekolah Menengah di Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Jakarta pada tanggal 23 – 25 Juni 1982. Dalam studi tersebut disampaikan studi keterbacaan buku teks yang meliputi; pentingnya di lakukan studi,masalah yang distudi,tujuan studi,metode dan tekhnik,prosedur,dan penerapan hasil studi terhadap buku teks pelajaran.
Atas dasar kesadaran tersebut, evaluasi terhadap buku teks pelajaran banyak dilakukan. Penelitian terhadap buku teks pelajaran IPA (Biologi,Fisika, dan Kimia) pernah dilakukan. Suladi, dkk (2000) melakukan tes keterbacaan kalimat bahasa Indonesia pada Buku Pelajaran Biologi dan Fisika SMP Kelas I dan II. Sedangkan untuk Buku Teks Pelajaran Kimia peneltian telah dilakukan oleh Tri Widodo (1993). Tri Widodo menyimpulkan bahwa buku-buku pendamping Kimia Kelas I SMA yang digunakan di SMA-SMA Kodya Semarang sulit dipahami siswa. Hal ini disinyalir sebagai salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran Kimia. Indikator yang dapat dilihat adalah Nilai Ebtanas Murni (NEM) untuk mata pelajaran Kimia yang rendah.
Kesimpulan yang sama juga diperoleh dari penelitian Indeks Muatan Kognitif yang dilakukan oleh Siti Kusnariyah (2004) terhadap buku pendamping Kimia SMA Kelas II yang digunakan oleh SMA-SMA Negeri di kota Semarang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa isi buku pendamping muatan kognitifnya berada pada kategori sulit sehingga siswa tidak mudah memahami konsep formal yang ada pada buku tersebut.
Penelitian terhadap buku teks pelajaran Kimia SMA berdasarkan
kurikulum 1984 dan 1994 telah dilakukan oleh Tri Widodo dan Siti Kusnariyah. Sementara itu, penelitian terhadap tingkat keterbacaan pada buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA berdasarkan kurikulum 2004 belum pernah dilakukan. Peneliti memandang perlu untuk mengadakan penelitian tentang studi keterbacaan pada Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini diberi judul“Keterbacaan Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia Karangan Tim Edukatif Jakarta Terbitan Erlangga Tahun 2007 bagi Siswa Kelas X SMA”. Penelitian ini diharapkan berguna bagi dunia pendidikan
2. Kajian Teoretis
Dalam kajian teoretis ini penulis akan memaparkan pengertian, susunan kalimat, kepadatan kata dalam kalimat, dan kesulitan kata.

a. Susunan Kalimat
Nababan (1994 : 20-21) mengatakan bahwa kesederhanaan dan kerumitan susunan kalimat tampak dari jumlah klausa yang terdapat di dalamnya. Jika suatu kalimat dibangun hanya dari satu klausa bebas ia tergolong kalimat sederhana, sebaliknya jika suatu kalimat mempunyai lebih dari satu klausa bebas dan klausa terikat, ia tergolong kalimat komplek. Penempatan klausa secara tidak tepat besar kemungkinannya mengaburkan makna kalimat. Kalimat yang susunannya rancu seperti yang sering kita jumpai dewasa ini haruslah dihindari. Penggunaan tanda-tanda baca secara tepat dapat meningkatkan sifat keterbacaan sebuah kalimat.
Demi keutuhan wacana perlu diperhatikan penulisan alinea, urutan alinea, kelengkapan alinea. Tiap alinea harus mengandung satu gagasan pokok. Gagasan-gagasan tambahan yang melengkapi gagasan pokok itu mengikat tema yang ada dalam alinea itu. Dalam satu alinea hanya ada satu tem. Kalimat-kalimat di dalam alinea harus bertalian satu dengan yang lain membentuk satu kesatuan yang saling berpautan.

b. Pemakaian kata dan istilah
1. Kepadatan Kata dalam Kalimat
Panjang kalimat berpengaruh pada keterbacaan suatu teks. Pada dasarnya, makin panjang sebuah kalimat, makin sulit untuk dipahami. Nababan (1994 : 22) mengatakan bahwa kalimat yang padat katanya mempunyai susunan yang rumit dan kepadatan rata-rata kata dalam kalimat itu turut menentukan keterbacaannya. Oleh karena itu, salah satu cara untuk meningkatkan keterbacaan ialah mengendalikan panjang kalimat. Dengan menggunakan kalimat yang pendek akan lebih mudah dipahami maksudnya dibandingkan dengan kalimat yang panjang.
Keterpahaman kosakata bahasa Indonesia dalam buku teks pelajaran ditentukan oleh seringnya kosakata tersebut didengar dan sudah dikenal oleh siswa. Keterpahaman kalimat dalam buku teks pelajaran juga ditentukan oleh tingkat keintiman dan kesederhanaan kalimat tersebut bagi siswa, jika kalimat-kalimat dalam buku teks sudah sering dikenal oleh siswa atau disajikan dengan susunan yang sederhana maka keterbacaan buku teks pelajaran tersebut semakin tinggi
Dari pengertian di atas tingkat sukar mudahnya teks ditentukan oleh jenis kata yang digunakan. Kata-kata itu dapat dibedakan atas:
1. kata-kata umum yang sering dijumpai dalam percakapan sehari-hari atau dalam tulisan;
2. kata-kata yang hanya sekali-sekali digunakan;
3. kata-kata yang berasal dari bahasa asing atau dari bahasa daerah yang belum sering digunakan;
4. kata-kata berupa istilah dengan pengertian tertentu;
5. kata-kata turunan dengan imbuhan (awalan,sisipan,akhiran)
2. Kesulitan Kata
Hal yang pokok dalam keterbacaan adalah masalah kesulitan kata. Salah satu cara untuk menekan kesulitan ini adalah dengan menggunakan kata-kata yang sederhana. Pertama-tama yang perlu diperhatikan oleh seorang penulis adalah penggunaan kata-kata yang umum dan sering digunakan (high frequency). Contohnya: kata proceed sering berarti go, kata secure sering berarti safe.
Selain penggunaan kata-kata yang sederhana dan umum, seorang penulis disarankan untuk menghindari penggunaan kata-kata yang terdiri atas tiga suku kata atau lebih, karena kata-kata ini dapat menimbulkan kesulitan bagi para pembaca.
3. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan seperti yang ada dalam pikiran penulisnya(Keraf 1989:35; Finoza 2002:128; Arifin dan Amran 2004:89).
Sejalan dengan pengertian diatas, Keraf(1989:39-49); Finoza(2002:128-133); Arifin dan Amran(2004:89) menyatakan bahwa ciri-ciri kalimat efektif yaitu kesepadanan struktur, keperolehan bentuk, ketegasan makna, kehematan makna, kecermatan penalaran, kapaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.

c. Bahasa Indonesia Baku
1) Fungsi Bahasa Baku
Para pakar kebahasaan memberikan pengertian tentang bahasa baku, yaitu ragam bahasa yang digunakan dalam situasi resmi seperti dalam dunia pendidikan berupa buku-buku pelajaran dan buku-buku ilmiah, dalam pertemun-pertemuan resmi, administrasi negara, perundang-undangan dan wacana teknis yang harus digunakan sesuai kaidah bahasa,yang meliputi kaidah-kaidah fonologis, morfologis, sintaksis, kewacanaan, dan makna (Keraf 1989:19;Badudu 198518;Kridalaksana 1987:4-5; Sugono 1994:8; Sabariyanto 2001:3; Finoza 2002:7; Alwi dkk (eds)2003:5; serta Arifin dan Amran 2004:20)
2) Fungsi Bahasa Indonesia Baku
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, bahasa baku memiliki empat fungsi bersifat pelambang atau simbolik, sedangkan yang satu bersifat objektif. Keempat fungsi tersebut adalah (a) fungsi pemersatu, (b) fungsi pemberi kekhasan, (c) fungsi pembawa kewibawaan dan (d) fungsi sebagai kerangka acuan (Alwi dkk (eds)2003:14-15)
a) Fungsi pemersatu,bahasa baku menghubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa.
b) Fungsi pemberi kekhasan yang diemban oleh bahasa baku memperbedakan bahasa itu dari bahasa yang lain.
c) Fungsi pembawa kewibawaan bersangkutan dengan usaha orang mencapai kederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku sendiri.
d) Fungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah yang jelas.Norma dan kaidah itu menjadi tolak ukur bagi betul tidaknya pemakaian bahasa orang,seseorang,atau golongan.Bahasa baku menjadi kerangka acuan bagi fungsi estetika bahasa yang tidak terbatas pada bidang sastra,tetapi mencakup segala jenis pemakaian bahasa.
3) Pemakaian Bahasa Baku
Bahasa baku dipergunakan pada keperluan-keperluan tertentu. Artinya, bahasa baku tidak dipergunakan untuk setiap keperluan dan pertemuan. Akan tetapi, ada keperluan-keperluan tertentu yang mengharuskan pemakai bahasa menggunakan bahasa baku, misalnya:
a. Untuk komunikasi resmi,seperti surat-menyurat resmi, surat-surat keputusan, undang-undang, pengumuman dari instansi resmi.
b. Untuk wacana teknis seperti karangan ilmiah, buku pelajaran, dan laporan-laporan resmi; dan
c. Untuk pembicaraan dengan orang-orang yang dihormati termasuk pembicaraan dengan orang belum kenal.

G. METODE PENELITIAN
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini penulis lakukan menggunakan teknik observasi. Teknik observasi adalah langkah dan kegiatan yang dilakukan yang terdapat dalam kerangka strategi kerja dengan cara pengamatan (Subroto 1992 : 32). Maksudnya, populasi yang penulis peroleh dari buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia Karangan Tim Edukatif Jakarta Terbitan Erlangga Tahun 2007 tersebut penulis baca kemudian penulis mencari bagian-bagian buku seperti pilihan kata,kalimat dan paragraf yang menjadi obyek penelitian dan penulis catat dalam kartu pencatat data.
2. Instrumen
Arikunto (1998 : 137) berpendapat bahwa instrumen adalah alat Bantu yang digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah peneliti sendiri dengan bantuan kartu pencatat data hasil observasi pustaka.

3. Teknik Analisis Data
Penulis menggunakan tekhnik analisis deskriptif kualitatif dengan persentase (Arikunto 1998:210). Teknik deskriptif digunakan berhubungan dengan cara kerja dan berusaha memberikan penjelasan secara apa adanya. Teknik kualitatif berhubungan dengan deskripsi penjelasan yang tidak berupa angka-angka,tetapi berupa penjelasan verbal.
Selanjutnya penulis menggunakan metode agih. Metode agih adalah metode analisis data yang penentunya hanya dari bagian bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto 1995: 15). Metode agih dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis data, langkah pertama yaitu membaca keseluruhan isi buku teks. Kemudian, mencatat bagian-bagian buku seperti penggunaan kata, susunan kalimat, serta susunan paragraf yang perlu diteliti sebagai bahan penelitian katerbacaan ke dalam kartu pencatat data.
4. Teknik Penyajian Analisis Data
Penyajian data di dalam penelitian ini dengan cara pendeskripsian. Deskripsi digunakan untuk menjelaskan perbandingan, kajian, dan tingkat keterbacaan dari buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia Karangan Tim Edukatif Jakarta Terbitan Erlangga Tahun 2007 bagi siswa kelas X SMA.
Teknik penyajian hasil analisis data yang demikian disebut teknik informal karena di dalam penyajian hasil analisis data ini penulis hanya mendeskripsikan tanpa menggunakan rumus-rumus di dalam penelitian maupun di dalam penyajian (Sudaryanto 1935:145). Dalam hal ini guru bertindak sebagai penentu tinkat keterbacaan dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia Karangan Tim Edukatif Jakarta Terbitan Erlangga Tahun 2007 bagi siswa kelas X SMA.






















DAFTAR PUSTAKA

Alwi,Hasan, Soenjono D, Hans Lapoliwa, Anton M Moeliono, 2003. Tata BahasaBaku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Badudu, J.S. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia.Jakarta: PT.Gramedia.

http : // Read-herly.blogspot.com/2008/11/keterbacaan buku tekspelajaran html//.

http : //suherlycentre.blogspot.com//.

J.Adler,Mortimer. 1986. Cara Membaca Buku dan Memahaminya. Jakarta: PT. Pantja Simpati.

Keraf,Gorys. 1989. Komposisi. Jakarta : Nusa Indah.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung : CV Diponegoro.

Parera, Jos Daniel. 1984. Belajar Mengmukakan Pendapat. Jakarta : PT Gramedia.
1991. Belajar Mengmukakan Pendapat. Jakarta : PT Gramedia.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Deppenas. 2001. Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Bandung : Angkasa
Sabariyanto, Dirgo.2001. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Mitra Gama Widya.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta Wacana University Press.
Sugono, Dendy. 2003. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta : Puspa Swara.
Tarigan, H G. 1984. Membaca Ekspresif. Bandung : Angkasa.
Tarigan, H G. 1984. Membaca Represif. Bandung : Angkasa
Tarigan, H. G. 1986. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung : PT. Angkasa.

Tim Edukatif. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas X. Jakarta: PT. Erlangga.




USULAN PENELITIAN

KETERBACAAN BUKU TEKS KOMPETEN BERBAHASA INDONESIA KARANGAN TIM EDUKATIF JAKARTA TERBITAN ERLANGGA TAHUN 2007 BAGI SISWA KELAS X SMA







OLEH:
AMIN SAEFULLAH
052110002




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2009
USULAN PENELITIAN

1. Objek Penelitian
a. Judul Penelitian : Keterbacaan Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia Karangan Tim Edukatif Jakarta Terbitan Erlangga Tahun 2007 bagi Siswa Kelas X SMA
b. Bidang Penelitian : Bahasa
2. Identitas Peneliti
a. Nama : Amin Saefullah
b. NIM : 052110002
c. Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
d. Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3. Identitas Dosen Pembimbing
a. Nama : Drs.Muhammad Fakhrudin,M.Hum.
b. NIP : Lektor Kepala
c. Lokasi Penelitian : Laboratorium UMP
4. Lama Penelitian : ….. bulan

Purworejo, 26 Mei 2009 Menyetujui,
Dosen Pembimbing Peneliti



Drs. M. Fakhrudin, M. Hum. Amin Saefullah
NIP.131809489 NIM.052110002
Menyetujui,
Ketua Program Studi


Drs. Wijaya Heru Santosa, M.Pd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar